Belanja Produk Arsitektur & Interior Bangunan!
Diskon ongkir
Poin beli online
Voucher Rp 50 rb pembeli baru
Fakta Proyek Pembangunan MRT Jakarta dalam Angka

Fakta Proyek Pembangunan MRT Jakarta dalam Angka

via kompas.com

  • Diperbarui: 23-08-2019

Biasanya MRT ditemukan di kota-kota besar dunia, dimana transportasi umum dengan kapasitas besar dan frekuensi yang teratur sangat diperlukan. Proyek MRT Jakarta merupakan proyek nasional yang dilaksanakan Pemerintah Pusat RI bersama dengan Pemerintah Daerah DKI Jakarta.

Sejarah MRT Jakarta

Generasi Penerus dari Trem dan Monorel

Sebelumnya, Jakarta pernah mempunyai transportasi berupa trem yang dioperasikan pada zaman penjajahan Belanda. Trem tersebut ditenagai oleh kuda pada tahun 1869 kemudian ditenagai oleh uap pada tahun 1881 dan listrik pada April 1899. Namun pada tahun 1964 penggunaannya dilarang sehingga populasi trem menurun drastis pada saat itu.[16]

Trem sendiri mirip dengan MRT yang berbasis rel, yang membedakan hanya jalurnya yang berada dalam satu bidang dengan jalan sehingga lebih mirip dengan kereta namun pengoperasiannya lebih seperti Busway pada saat ini karena hanya terdiri dari 2 gerbong dalam satu rangkaian.

Pada 2003, muncul ide untuk membangun Monorail di Jakarta yang diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 14 Juni 2004.[18] Proyek tersebut terus beralih dari masa Gubernur Sutiyoso, Fauzi Bowo, hingga Gubernur Joko Widodo yang saat ini telah menjabat sebagai Presiden RI.[16]

Sayangnya, proyek tersebut mengalami pemasalahan pendanaan sehingga sampai saat ini belum bisa terealisasikan. Namun proyek tersebut rencananya akan digantikan oleh proyek LRT.[17] Kedepannya, MRT dan LRT akan digunakan sebagai transportasi massal menggantikan Trem dan monorail.

Riwayat MRT Jakarta

Gagasan dalam membangun transportasi MRT di Jakarta sebenarnya sudah ada sejak tahun 1985, namun baru pada tahun 2005 dinyatakan sebagai proyek nasional oleh Presiden RI pada saat itu. Berawal dari situ, Pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai mencari dana pinjaman yang akhirnya dipertemukan dengan Pemerintah Jepang.[1]

Japan Bank of International Cooperation (JBIC) selaku pemberi pinjaman menggabungkan perusahaannya dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) sebagai tim penilai JBIC dalam memberi bantuan dalam bentuk pinjaman kepada Indonesia dengan total 125,237,000,000,- Yen.[20]

Sesuai dengan jadwal yang disepakati oleh JICA dan MRT Jakarta, desain teknis dan pengadaaan lahan dilakukan pada tahun 2008-2009. Lalu Tender konstruksi dan peralatan teknik serta mekanik pada tahun 2009-2010. rencananya, pekerjaan konstruksi dimulai pada tahun 2010 namun mengalami kemunduran dan baru dimulai pada tahun 2013 dan diperkirakan selesai pada 2018.[1]

Pembentukan Organisasi

Pemerintah DKI Jakarta membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) dalam rangka membangun transportasi MRT di Jakarta dengan nama PT MRT Jakarta yang dibentuk pada tanggal 17 Juni 2008 berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perseroan Terbatas (PT).[1]



Rencana pembangunan

Jadwal Kerja Resmi PT MRT

Ilustrasi terowongan bawah tanah MRT Jakarta, via detik.com

Rencananya, Jakarta akan memiliki jalur MRT sepanjang 110,8 km yang terdiri dari koridor Utara-Selatan tahap I dengan panjang lintasan 15,7 km yang saat ini sedang dikerjakan dan diprediksi selesai pada tahun 2019. Dilanjutkan dengan jalur sepanjang 8,3 km dari Bundaran HI menuju Kampung Bandan pada tahap II yang dijadwalkan baru akan dimulai pada 2020 mendatang.[2]

Sedangkan untuk koridor Barat-Timur yang menghubungkan Balaraja dan Cikarang akan memiliki panjang lintasan 87 km yang saat ini masih dalam tahap uji kelayakan dan baru akan dikerjakan pada tahun 2024.[2]

Perubahan Rencana oleh Presiden

Pembangunan tahap I yang semula ditargetkan selesai pada tahun 2019 dimajukan agar selesai pada tahun 2018 untuk menyambut Penyelenggaraan Asian games nanti.[3] Kemudian, disusul dengan tahap II yang dimulai setahun kemudian dan tahap III atau koridor Barat-Timur yang baru dimulai pada tahun 2024.

Namun arahan yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo mengharuskan proses pembangunan tahap II agar dimulai lebih cepat dari sebelumya yaitu pada Oktober 2018. Setelah itu, pembangunan jalur MRT Jakarta koridor Barat-Timur yang awalnya direncanakan akan dibangun pada 2024 juga akan dipercepat menjadi 2019.[4]



Gambaran Tentang Jalur dan Stasiun

Rute dan Stasiun

Rute MRT Jakarta tahap I, II, dan III, via jakartabytrain.com

Untuk koridor Utara-Selatan tahap I terdiri dari 2 jalur yaitu jalur layang dan jalur bawah tanah. Jalur layang terbentang dari Lebak bulus sampai Sisingamangaraja dan memiliki panjang lintasan mencapai 9,8 km. Sementara jalur bawah tanah terbentang dari Sisingamangaraja menuju Bundaran HI dengan jarak 5,9 km.

Jalur MRT Jakarta tahap I sendiri nantinya akan memiliki total stasiun sebanyak 13 yang terdiri dari 7 Stasiun layang yaitu Lebak bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, sampai Sisingamangaraja, dan 6 stasiun bawah tanah dari Senayan, Istora, Benhil, Setiabudi, Dukuh atas, dan diakhiri dengan stasiun Bundaran HI.

Dari rute tersebut terdapat beberapa stasiun yang akan dijadikan sebagai stasiun interchange atau stasiun multimoda merupakan stasiun yang menghubungkan berbagai macam transportasi massal lainnya. Stasiun tersebut yaitu Lebak bulus, Blok M, Dukuh atas, dan Bundaran HI.

Jalur layang MRT Jakarta memiliki ketinggian stasiun dan jalur antara 12-15 meter di atas tanah. Tidak berbeda dengan jalur layang yang memiliki ketinggian yang beragam, jalur bawah tanah pun memiliki kedalaman stasiun yang cukup bervariasi yaitu antara 20-25 meter di bawah tanah dikarenakan terhalang pembangunan infrastruktur lainnya.[6]

Salah satunya adalah Dukuh Atas yang memiliki stasiun dan jalur yang berada di kedalaman paling rendah dibanding stasiun lainnya karena dibangun di bawah Banjir Kanal Barat.[6]

Konsep Stasiun yang Beragam

Ilustrasi stasiun Benhil, Fatmawati, Bundaran HI, dan Blok M proyek MRT Jakarta, via Kaskus

Para calon penumpang harus bersiap-siap dimanjakan oleh desain stasiun yang unik. Stasiun-stasiun tersebut nantinya akan memiliki konsep desain yang berbeda keunikkannya karena dilatar belakangi oleh sejarah, kesadaran lingkungan, dan konektivitas manusia di tempat tersebut.[11]

Sebut saja stasiun Haji nawi yang akan memiliki konsep kebudayaan Betawi. Haji Nawi sendiri kabarnya merupakan tokoh masyarakat yang sangat terkenal pada saat itu karena menjadi tuan tanah yang paling kaya se-Gandaria, Jakarta Selatan.[12] Lain lagi dengan stasiun Istora yang memiliki konsep Sports Place atau olahraga karena menjadi tempat berdirinya Gelora Bung Karno sebagai pusat olahraga di Jakarta dan tempat diselenggarakannya event-event olahraga besar.

Hal ini bisa menjadi suatu cara yang ampuh untuk memancing warga Jakarta agar mau berpindah dari transportasi pribadi menuju transportasi umum.



Kemajuan Proyek


Proyek pembangunan jalur layang MRT Jakarta yang sedang berlangsung, via jakartamrt.co.id

Apa Kabar MRT Jakarta?

Proyek transportasi MRT Jakarta yang saat ini tengah dikerjakan oleh PT MRT Jakarta. Diawali dengan pengerjaan lintasan MRT Jakarta Tahap I koridor Utara-Selatan yang sudah dimulai pada 10 Oktober 2013 lalu. Jalur ini terhubung dari Lebak bulus sampai Bundaran HI yang baru akan beroperasi pada 2018 berdasarkan arahan dari Presiden. Proyek ini sudah berjalan selama lebih dari 3 tahun, namun seperti apa kemajuan dari proyek pembangunan tersebut?

Persentase Pekerjaan

Berdasarkan artikel dari detik.com, Proyek MRT Jakarta Sudah 67%, Begini Penampakannya, progres pembangunan proyek MRT Jakarta tahap I secara keseluruhan telah mencapai 67% per 28 Februari dengan rincian 50,71% untuk jalur layang dan 80% untuk jalur bawah tanah.[5]

Pekerjaan yang Sedang Berlangsung

Website resmi jakartamrt.co.id menyampaikan data berupa foto dan informasi yang menunjukkan kemajuan proyek MRT Jakarta yang terakhir diupdate pada tanggal 14 Februari 2017. Kemajuan proyek pembangunan MRT Jakarta dapat dilihat dari pekerjaan yang saat ini sedang berlangsung. Pekerjaan-pekerjaan tersebut yaitu:

  • Pekerjaan backfill tiang kolom di depan Point Square dan pile cap workshop depo Lebak bulus
  • Pekerjaan konstruksi special bridge di Fatmawati
  • Pekerjaan bore pile di sisi barat stasiun Cipete Raya
  • Pekerjaan kolom di stasiun Haji Nawi
  • Pekerjaan kolom stasiun Blok A
  • Pekerjaan rebar di lokasi RSS
  • Pemasangan gelagar di persimpangan Jl Trunojoyo, Sisingamangaraja
  • Relokasi drainase didepan gedung Summitmas, Senayan
  • Pekerjaan CT/VT di depan Sultan Hotel, Istora
  • Pekerjaan rebar untuk platform slab di Bendungan Hilir
  • Proses pelepasan bagian mata bor Antareja di stasiun Setiabudi
  • Pembuatan terowongan jalur MRT Jakarta bawah tanah dan penimbunan tanah di Dukuh Atas
  • Pengaspalan jalan di atap stasiun Bundaran HI.[7]


Kereta MRT Jakarta

Jenis Kereta MRT Jakarta

Untuk kereta, yang nantinya akan dipakai untuk MRT Jakarta adalah kereta yang diproduksi oleh perusahaan Nippon Sharyo, Ltd. di Jepang. Tapi jangan senang dulu, karena kereta MRT Jakarta tidak akan sama dengan kereta Shinkansen. Kereta untuk MRT Jakarta terbuat dari bahan stainless steel atau baja anti karat dengan usia pemakaian mencapai 40 tahun dan minim perawatan.

Kereta ini dipesan oleh PT MRT Jakarta sebanyak 16 set dengan rincian 14 set akan dioperasikan dan 2 set disimpan sebagai cadangan.[8] Dalam satu rangkaian kereta terdiri dari 6 gerbong dengan lebar 2,9 m dan tinggi 3,6 m yang dapat menampung 1850 orang dalam satu rangkaian kereta atau sekitar 300 orang dalam satu gerbong.

Jumlah ini lebih besar dari kapasitas Kereta Rel Listrik yang idealnya hanya bisa mengangkut 250 orang dalam satu gerbong di mana 60 diantaranya adalah penumpang duduk.[24] Diprediksi saat MRT Jakarta sudah mulai beroperasi, target penumpang yang diangkut dalam seharinya mencapai 173.400 orang.[8]

MRT Jakarta vs Shinkansen

Berbeda dengan kereta Shinkansen yang dapat melaju sampai 320 km/jam pada kecepatan maksimal, MRT Jakarta hanya mampu melaju dengan kecepatan maksimal 100 km/jam di jalur layang dan 80 km/jam di jalur bawah tanah dengan kecepatan rata-rata 30-40 km/jam. Hal tersebut dikarenakan Shinkansen menggunakan material pelapis body yang lebih ringan yaitu aluminim dibanding MRT Jakarta yang menggunakan stainless steel.

Kecepatan tersebut juga didukung oleh performa mesin dari Shinkansen yang difokuskan untuk kecepatan sehingga penggunaan aluminium sebagai pelapis body berfungsi untuk menyesuaikan dengan kekuatan mesin. Walaupun lebih cepat, penggunaan material tersebut menjadi kekurangan bagi kereta Shinkansen karena hanya memiliki usia pakai yang cenderung lebih pendek dari MRT Jakarta yaitu sekitar 15-20 tahun.[8]

Walaupun tidak secepat Shinkansen, perjalanan menggunakan kereta MRT Jakarta dari Lebak Bulus sampai Bundaran HI dengan jarak mencapai 16 km diprediksi hanya akan memakan waktu tempuh sekitar 30 menit dengan kecepatan tersebut di mana jarak antar stasiun kurang dari 5 menit.[8]

Kontroversi Desain Kereta MRT Jakarta



Gambar1. Desain terbaru kereta yang diajukan Plt. Gubernur DKI Jakarta, via aktualita.co Gambar2. Detail perubahan dan dampaknya, via kompas.com

Persoalan desain kereta yang disebut mirip kepala jangkrik datang dari Sumarsono selaku Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta saat memberikan pernyataan di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat pada 16 Januari 2017 lalu.[13]

Beliau berkeinginan agar desain yang sudah disetujui oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Thahaja Purnama atau Ahok tersebut dapat diubah menjadi lebih sporty dengan gaya Apollo. Sayangnya Ahok sendiri tidak sependapat dengan mengatakan bahwa desain tersebut sudah sesuai dengan kontrak PT MRT Jakarta.[14]

Walaupun hanya desain kepalanya saja yang berubah, namun desain yang dianjurkan Sumarsono memiliki warna yang berbeda dengan warna kereta sebelumnya yang berarti harus melakukan perubahan total. Desain ulang kereta akan menyebabkan bertambahnya biaya produksi sebesar Rp 64 Miliar. Ditambah lagi, perubahan tersebut akan mengakibatkan kemunduran waktu produksi sekitar 1 tahun.[15]

Sumarsono bersikeras mengubah desain kereta MRT Jakarta dari membentuk tim ahli dalam mendesain ulang bentuknya hingga mengirim tim ke Jepang untuk membicarakan desain dengan pihak perusahaan pembuat kereta.[21]



Dampak Pembangunan MRT di Jakarta

Mampu Mengurangi Tingkat Karbon Monoksida (CO)

Adanya MRT Jakarta akan memberikan dampak positif dari berbagai hal. Pastinya dampak utama yaitu mengurangi angka kemacetan yang menjadi tujuan awal dalam pembangunan proyek MRT Jakarta. Mengurangi kemacetan akibat penggunaan kendaraan pribadi sama saja dengan mengurangi tingkat emisi gas Karbon Monoksida di udara.[9]

Kerugian dalam hal kesehatan juga terus mengintai warga Jakarta akibat polusi yang disebabkan oleh asap kendaraan. Kerugian secara finansial dalam hal kesehatan akibat kemacetan senilai Rp 38,5 Triliun pertahun.[23] Itu berarti penggunaan MRT Jakarta sebagai transportasi massal akan menjadi transportasi ramah lingkungkan yang berdampak positif terhadap kesehatan maupun lingkungan.

Dari Membuka Lapangan Pekerjaan Hingga Meningkatkan Perekonomian

Saat proyek transportasi MRT Jakarta selesai nanti, pastinya PT MRT Jakarta akan membutuhkan banyak tenaga kerja untuk melayani para penumpang. Caranya tidak lain adalah dengan membuka lowongan pekerjaan baru dari berbagai macam posisi yang bisa saja berjumlah ratusan bahkan ribuan mengingat banyaknya stasiun yang akan tersedia.[22] Hal tersebut akan berakibat pada menurunnya angka pengangguran di Jakarta.

Dalam hal ekonomi, dengan kemudahan akses memungkinkan interaksi ekonomi di Jakarta semakin berkembang. Pembangunan MRT Jakarta memiliki dampak yaitu membantu meningkatkan perekonomian pada area sekitar stasiun sehingga mempengaruhi peningkatan harga dan nilai lahan. Peningkatan lahan akan bertambah karena adanya permintaan kebutuhan di daerah tersebut.[10]

Pertumbuhan usaha kecil dan menengah juga dapat terbantu dengan berkurangnya biaya yang dibutuhkan untuk transportasi dan pembelian bahan bakar sehingga dapat dihemat untuk keperluan lainnya. Selain itu kenaikan harga akibat naiknya harga BBM tidak akan berpengaruh terlalu besar bagi masyarakat.

Mengurangi Kemacetan

Menurut data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil November 2011, jumlah penduduk DKI Jakarta adalah 10.19 juta. Dengan jumlah penduduk yang tinggi, Jakarta sangat memerlukan sistem angkutan umum yang handal, cepat, aman dan nyaman.

Seperti yang kita ketahui, masyarakat DKI Jakarta menghabiskan waktu berjam-jam di perjalanan akibat kemacetan. Waktu yang terbuang sia-sia tersebut sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan yang produktif di kantor atau di rumah. Sistem transportasi MRT diharapkan bisa memberikan solusi terhadap kemacetan di Jakarta.

Tentunya kemacetan di Jakarta tidak bisa diselesaikan hanya dengan pembangunan MRT Jakarta, namun perlu juga diikuti dengan kebijakan seperti ERP (Electronic Road Pricing) untuk mengurangi intensitas penggunaan kendaraan pribadi. Untuk kenyamanan penumpang angkutan umum, diperlukan sistem angkutan umum yang terintegrasi, dimana MRT Jakarta terhubung dengan sistem angkutan massal lainnya seperti busway, LRT, dan kereta Jabodetabek.


1. "Sekilas MRT Jakarta, Jakartamrt".
2. "Koridor, jakartamrt".
3. "Proyek MRT Fase 1 Ditargetkan Selesai Sebelum Asian Games 2018, Kompas".
4. "Kebut Pengerjaan, MRT Lebak Bulus-Bundaran HI Selesai 2019, Beritasatu".
5. "Proyek MRT Jakarta Sudah 67%, Begini Penampakannya, Detik".
6. "6 Stasiun MRT di Bawah Sudirman-Thamrin, Kedalaman Hingga 25 Meter, Detik".
7. "MRT JAKARTA UPDATE PROYEK, Jakartamrt".
8. "KRL untuk MRT Akan Diproduksi di Jepang, Bisnis".
9. "Ini Manfaat Kehadiran MRT di Jakarta, Liputan6".
10. "MRT Mampu Menekan Kerugian Ekonomi Akibat Kemacetan, Republika".
11. "13 Stasiun MRT di Jakarta Punya Konsep Desain Berbeda, Kumparan".
12. "Jalan Haji Nawi, diambil dari orang terkaya di Gandaria, Merdeka".
14. "Sindiran Sumarsono desain MRT mirip 'jangkrik' bikin Ahok berang, Merdeka".
15. "Desain Kereta MRT "Jangkrik" Diubah, Biaya Produksi Bertambah Jadi Rp 64 Miliar, Kompas".
16. "NEWS STORY: Sejarah Mengapa Jakarta Pernah Punya Transportasi Trem, Okezone".
18. "Jakarta Eco Transport, Wikipedia".
20. "Pendanaan Proyek, Jakartamrt".
21. "Pemprov DKI Kirim Tim ke Jepang untuk Desain Ulang Lokomotif MRT yang Mirip "Jangkrik", Kompas".
23. "Akibat Macet, Warga Jakarta Rugi Rp 68,2 Triliun Per Tahun, Beritasatu".
24. "Agar Nyaman, Berapa Jumlah Ideal Penumpang di dalam Gerbong KRL?, Kompas".
    DMCA.com Protection Status

    Comment

      FOBUMA
      WA Chat Support
      0819 2810 0777